Thursday, May 5, 2016

Diabetes Melitus


            Diabetes Melitus merupakan kelainan metabolism karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia[1]. Disamping itu, diabetes melitus merupakan pula kumpulan gejala yang bersifat multi faktor genetic, dimana yang terlibat bukan hanya satu gen saja melainkan interaksi antar gen. Oleh karena itu, resiko penderita penyakit ini paling tinggi terjadi apabila kedua atau salah satu dari Orang Tua menderita diabetes mellitus jika dibandingkan dengan kedua orang tua yang bukan merupakan penderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus sendiri terbagi menjadi dua tipe, yaitu diabetes mellitus tipe satu dan diabetes mellitus tipe dua. Diabetes mellitus tipe satu sering terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, terutama anak-anak dan remaja. Oleh karena itu diabetes mellitus tipe ini sering disebut diabetes anak-anak. Sedangkan, diabetes mellitus tipe dua sering terjadi pada usia diatas 30 tahun.

Terdapat beberapa perbedaan pada diabetes mellitus tipe I dan II berdasarkan dari penyebabnya, yaitu:
1.      Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes tipe satu merupakan diabetes yang disebabkan oleh sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin tidak berfungsi dengan baik. Namun diabetes tipe ini lebih sering disebabkan oleh faktor genetic.

2.      Diabetes mellitus tipe 2
Penyebab diabetes tipe dua berbeda dengan penyebab diabetes tipe satu. Jika pada diabetes satu penyebabnya terletak pada organ pancreas yang tidak berfungsi dengan baik, melainkan  pada diabetes tipe dua penyebabnya ialah kurangnya insulin pada tubuh yang bukan disebabkan oleh pancreas yang rusak.
            
Diabetes mellitus baik tipe satu maupun tipe dua telah berkembang pesat di dunia maupun di Indonesia. Penderita diabetes mellitus mencapai 8.3% populasi di dunia (International working group on the diabetic foot (IWGDF), 2012). Indonesia sendiri ialah negara yang menduduki peringkat tujuh dunia dengan  penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah 7.6 juta orang pada rentang usia 20-79 tahun (IDF Atlas, 2012). Disamping itu, penyebab kematian terbanyak keempat di Indonesia sendiri ialah diabetes mellitus (The centers for disease control and prevention (CDC ), 2012). Diabetes mellitus telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi penderitanya. 3.8 juta orang per tahun terbunuh dengan penyakit ini, serta setiap 10 detik seorang penderita diabetes melitus meninggal akibat sebab-sebab yang terkait dengan penyakit ini.
            Diabetes melitus dengan metabolisme karbohidrat sangat erat kaitannya. Keterkaitan tersebut diperjelas dengan terdapatnya hormon insulin. Hormon insulin diproduksi oleh sel beta di pankreas, yang berfungsi untuk mengatur metabolisme glukosa menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan dalam hati dan otot. Hormon insulin sangat dibutuhkan untuk melakukan regulasi metabolisme, namun penderita diabetes melitus mengalami kerusakan pada produksi serta sistem kerja insulin. Oleh sebab itu, penderita diabetes melitus akan mengalami gangguan dalam metabolisme karbohidrat.
Jumlah protein pembawa pada otot jantung, otot rangka dan jaringan adiposa pada penderita diabetes mellitus sangat rendah. Hal tersebut dikarenakan insulin yang mentranslokasikannya ke situs aktif tidak tersedia. Kondisi tersebut diperburuk oleh peran insulin pada pengaturan metabolism glukosa. Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat sehingga enzim yang berperan akan diinaktivasi tanpa adanya insulin. Sedangkan jika insulin tidak ada, maka jalur metabolism yang mengarah pada pembentukan glukosa akan dirangsang oleh glucagon dan epinefrin melalui cAMP yang bersifat anatgonis terhadap insulin. Oleh sebab itu, penderita diabetes mellitus tipe satu dan dua memiliki kelemahan dalam menggunakan glukosa yang diperolehnya dari makanan. Glukosa tersebut akan tertumpuk dalam plasma darah. Kondisi ini disebut hiperglikemia.
            Penderita diabetes mellitus yang memeiliki kadar gula sangat tinggi, gula tersebut akan dikeluarkan melalui urine. Gula akan disaring oleh glomerolus ginjal, kemudian akan dikembalikan ke system aliran darah melalui reabsorpsi tubulus ginjal. Ketika glukosa sangat tinggi, foltrat glomerolus yang mengandung glukosa yang melebihi ambang batas akan di reabsorpsi. Akibatnya, glukosa yang berlebih akan dikeluarkan oleh urine. Keadaan ini disebut glikosuria. Glikosuria merupakan indikasi lain dari diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan kehilangan kalori yang sangat besar.
            Kadar glukosayang sangat tinggi pada darah dan ginjal akan mengubah tekanan osmotic tubuh. Oleh karena itu, tubuh akan mengadakan osmosis yang berguna untuk menyebimbangkan tekanan osmotic. Ginjal akan menerima banyak air yang menyebabkan penderita sering membuang air kecil. Dengan kata lain, tubuh akan kekurangan air, sehingga penderita mengalami dehidrasai (hiperosmolaritas), bertambah rasa haus dan banyak minum. Gejala yang diterima penderita diabetes mellitus satu  akan lebih komplek. Hal tersebut dikarenakan mereka kadang tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Sehingga penderita tidak dapat memperoleh energi dari katabolisme glukosa. Tubuh akan merombak simpanan lemak pada jaringan adipose untuk mengatasi hal tersebut. Lemak dihidrolisis sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol. Penguraian asam lemak terus menerus akan mengakibatkan terjadi penumpukan asam asetoasetat dalam tubuh.
            Asam asetoasetat dapat terkonversi membentuk aseton, ataupun dengan adanya karbondioksida dapat dikonversi membentuk asam â-hidroksibutirat, yang dapat menyebabkan penderita mengalami ketoasidosis dan dapat meninggal dalam keadaan koma diabetik. Penderita diabetes tipe I juga mengalami hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia terjadi karena VLDL yang disintesis dan dilepaskan tidak dapat diimbangi oleh enzim lipoproteinlipase. Jumlah enzim ini diransang oleh rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Efek lain pada enzim ini ialah dapat mengakibatkan hipersilomikronemia, yang disebabkan karena enzim ini dibutuhkan juga dalam katabolisme silomikron pada jaringan adiposa.
            Sedangkan pada penderita diabetes mellitus dua tidak terjadi ketoasidosis karena penguraian lemak tetap terkontrol. Namun terjadi hipertrigliseridemia yang menghasilkan peningkatan VLDL tanpa disertai hipersilomikronemia, yang dikarenakan oleh peningkatan kecepatan sintesis de novo dari asam lemak tidak diseimbangkan oleh kecepatan penyimpanan pada jaringan lemak. Dan juga asam lemak yang dihasilkan tidak semuanya mampu dikatabolisme, sehingga kelebihannya diesterifikasi menjadi trigliserida dan VLDL. Keadaan ini diperparah oleh aktivitas fisik yang kurang pada penderita diabetes mellitus dua, sehingga mengakibatkan  kadar lemak dalam darah meningkat.
            Pada penderita diabetes mellitus  yang parah, terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama pada mata yang menyebabkan rabun bahkan kebutaan. Disamping itu, kelainan tekanan darah yang dikarenakan oleh kadar glukosa yang tinggi menyebabkan kerja jantung, ginjal dan organ dalam lainnya menjadi lebih berat utuk mempertahankan kestabilan tubuh penderita. Sehingga penderita diabetes mellitus mudah terjadi komplikasi, seperti penurunan sistem imune tubuh, kerusakan sistem kardivaskular, kealinan trombosis, inflamasi, dan kerusakan sel-sel endothelia serta kerusakan otak, yang pada umumnya ditandai dengan penglihatan yang kabur.

Referensi

Anonim. Rahasia Menarik Dibalik Diabetes mellitus Tipe 1. Online. Tersedia di : http://terapidiabetesmelitus.com/tipe/rahasia-menarik-dibalik-diabetes-melitus-tipe-1 . Diakses pada : 1 September 2014

Suriani Nidia. 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.Malang.




[1] Suriani Nidia, Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya : Malang, 2012

0 comments:

 

Bee's mind Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang