Diabetes Melitus merupakan kelainan
metabolism karbohidrat, dimana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik,
sehingga menyebabkan keadaan hiperglikemia[1].
Disamping itu, diabetes melitus merupakan pula kumpulan gejala yang bersifat
multi faktor genetic, dimana yang terlibat bukan hanya satu gen saja melainkan
interaksi antar gen. Oleh karena itu, resiko penderita penyakit ini paling
tinggi terjadi apabila kedua atau salah satu dari Orang Tua menderita diabetes
mellitus jika dibandingkan dengan kedua orang tua yang bukan merupakan
penderita diabetes mellitus. Diabetes mellitus sendiri terbagi menjadi dua tipe,
yaitu diabetes mellitus tipe satu dan diabetes mellitus tipe dua. Diabetes mellitus
tipe satu sering terjadi pada usia kurang dari 30 tahun, terutama anak-anak dan
remaja. Oleh karena itu diabetes mellitus tipe ini sering disebut diabetes
anak-anak. Sedangkan, diabetes mellitus tipe dua sering terjadi pada usia
diatas 30 tahun.
Terdapat
beberapa perbedaan pada diabetes mellitus tipe I dan II berdasarkan dari
penyebabnya, yaitu:
1. Diabetes
mellitus tipe 1
Diabetes
tipe satu merupakan diabetes yang disebabkan oleh sel-sel beta pankreas yang
memproduksi insulin tidak berfungsi dengan baik. Namun diabetes tipe ini lebih
sering disebabkan oleh faktor genetic.
2. Diabetes
mellitus tipe 2
Penyebab
diabetes tipe dua berbeda dengan penyebab diabetes tipe satu. Jika pada
diabetes satu penyebabnya terletak pada organ pancreas yang tidak berfungsi
dengan baik, melainkan pada diabetes
tipe dua penyebabnya ialah kurangnya insulin pada tubuh yang bukan disebabkan
oleh pancreas yang rusak.
Diabetes mellitus baik tipe satu maupun tipe dua telah berkembang pesat di dunia maupun di Indonesia. Penderita diabetes mellitus mencapai 8.3% populasi di dunia (International working group on the diabetic foot (IWGDF), 2012). Indonesia sendiri ialah negara yang menduduki peringkat tujuh dunia dengan penderita diabetes terbanyak di dunia dengan jumlah 7.6 juta orang pada rentang usia 20-79 tahun (IDF Atlas, 2012). Disamping itu, penyebab kematian terbanyak keempat di Indonesia sendiri ialah diabetes mellitus (The centers for disease control and prevention (CDC ), 2012). Diabetes mellitus telah menjadi ancaman yang sangat serius bagi penderitanya. 3.8 juta orang per tahun terbunuh dengan penyakit ini, serta setiap 10 detik seorang penderita diabetes melitus meninggal akibat sebab-sebab yang terkait dengan penyakit ini.
Diabetes melitus
dengan metabolisme karbohidrat sangat erat kaitannya. Keterkaitan tersebut
diperjelas dengan terdapatnya hormon insulin. Hormon insulin diproduksi oleh
sel beta di pankreas, yang berfungsi untuk mengatur metabolisme glukosa menjadi
energi dan mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan dalam hati
dan otot. Hormon insulin sangat dibutuhkan untuk melakukan regulasi
metabolisme, namun penderita diabetes melitus mengalami kerusakan pada produksi
serta sistem kerja insulin. Oleh sebab itu, penderita diabetes melitus akan mengalami
gangguan dalam metabolisme karbohidrat.
Jumlah protein pembawa pada otot jantung, otot rangka dan jaringan
adiposa pada penderita diabetes mellitus sangat rendah. Hal tersebut
dikarenakan insulin yang mentranslokasikannya ke situs aktif tidak tersedia.
Kondisi tersebut diperburuk oleh peran insulin pada pengaturan metabolism
glukosa. Glikolisis dan glikogenesis akan terhambat sehingga enzim yang
berperan akan diinaktivasi tanpa adanya insulin. Sedangkan jika insulin tidak
ada, maka jalur metabolism yang mengarah pada pembentukan glukosa akan
dirangsang oleh glucagon dan epinefrin melalui cAMP yang bersifat anatgonis
terhadap insulin. Oleh sebab itu, penderita diabetes mellitus tipe satu dan dua
memiliki kelemahan dalam menggunakan glukosa yang diperolehnya dari makanan.
Glukosa tersebut akan tertumpuk dalam plasma darah. Kondisi ini disebut
hiperglikemia.
Penderita
diabetes mellitus yang memeiliki kadar gula sangat tinggi, gula tersebut akan
dikeluarkan melalui urine. Gula akan disaring oleh glomerolus ginjal, kemudian
akan dikembalikan ke system aliran darah melalui reabsorpsi tubulus ginjal. Ketika
glukosa sangat tinggi, foltrat glomerolus yang mengandung glukosa yang melebihi
ambang batas akan di reabsorpsi. Akibatnya, glukosa yang berlebih akan
dikeluarkan oleh urine. Keadaan ini disebut glikosuria. Glikosuria merupakan
indikasi lain dari diabetes mellitus yang dapat mengakibatkan kehilangan kalori
yang sangat besar.
Kadar glukosayang
sangat tinggi pada darah dan ginjal akan mengubah tekanan osmotic tubuh. Oleh
karena itu, tubuh akan mengadakan osmosis yang berguna untuk menyebimbangkan
tekanan osmotic. Ginjal akan menerima banyak air yang menyebabkan penderita
sering membuang air kecil. Dengan kata lain, tubuh akan kekurangan air,
sehingga penderita mengalami dehidrasai (hiperosmolaritas), bertambah rasa haus
dan banyak minum. Gejala yang diterima penderita diabetes mellitus satu akan lebih komplek. Hal tersebut dikarenakan
mereka kadang tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Sehingga penderita
tidak dapat memperoleh energi dari katabolisme glukosa. Tubuh akan merombak
simpanan lemak pada jaringan adipose untuk mengatasi hal tersebut. Lemak
dihidrolisis sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserol. Penguraian asam
lemak terus menerus akan mengakibatkan terjadi penumpukan asam asetoasetat
dalam tubuh.
Asam asetoasetat dapat terkonversi membentuk aseton,
ataupun dengan adanya karbondioksida dapat dikonversi membentuk asam
â-hidroksibutirat, yang dapat menyebabkan penderita mengalami ketoasidosis dan
dapat meninggal dalam keadaan koma diabetik. Penderita diabetes tipe I juga
mengalami hipertrigliseridemia. Hipertrigliseridemia terjadi karena VLDL yang
disintesis dan dilepaskan tidak dapat diimbangi oleh enzim lipoproteinlipase.
Jumlah enzim ini diransang oleh rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Efek
lain pada enzim ini ialah dapat mengakibatkan hipersilomikronemia, yang
disebabkan karena enzim ini dibutuhkan juga dalam katabolisme silomikron pada
jaringan adiposa.
Sedangkan pada
penderita diabetes mellitus dua tidak terjadi ketoasidosis karena penguraian
lemak tetap terkontrol. Namun terjadi hipertrigliseridemia yang menghasilkan
peningkatan VLDL tanpa disertai hipersilomikronemia, yang dikarenakan oleh
peningkatan kecepatan sintesis de novo dari asam lemak tidak diseimbangkan oleh
kecepatan penyimpanan pada jaringan lemak. Dan juga asam lemak yang dihasilkan
tidak semuanya mampu dikatabolisme, sehingga kelebihannya diesterifikasi
menjadi trigliserida dan VLDL. Keadaan ini diperparah oleh aktivitas fisik yang
kurang pada penderita diabetes mellitus dua, sehingga mengakibatkan kadar lemak dalam darah meningkat.
Pada penderita diabetes mellitus yang parah, terjadi penebalan pada pembuluh
darah terutama pada mata yang menyebabkan rabun bahkan kebutaan. Disamping itu,
kelainan tekanan darah yang dikarenakan oleh kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan kerja jantung, ginjal dan organ dalam lainnya menjadi lebih berat
utuk mempertahankan kestabilan tubuh penderita. Sehingga penderita diabetes
mellitus mudah terjadi komplikasi, seperti penurunan sistem imune tubuh,
kerusakan sistem kardivaskular, kealinan trombosis, inflamasi, dan kerusakan
sel-sel endothelia serta kerusakan otak, yang pada umumnya ditandai dengan
penglihatan yang kabur.
Referensi
Anonim. Rahasia
Menarik Dibalik Diabetes mellitus Tipe 1. Online. Tersedia di : http://terapidiabetesmelitus.com/tipe/rahasia-menarik-dibalik-diabetes-melitus-tipe-1 .
Diakses pada : 1 September 2014
Suriani Nidia.
2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya.Malang.
[1] Suriani Nidia,
Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada Diabetes Melitus, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya : Malang, 2012
0 comments:
Post a Comment