Friday, November 18, 2016

Filosofi di Balik Nasi Kuning berbentuk Gunung

Tumpeng merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang hingga saat ini masih dihidangkan pada acara-acara tertentu. Tumpeng mulai dikenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, seiring dengan masuknya agama Hindu. Bentuk tumpeng yang mengerucut tersebut konon melambangkan bentuk gunung. Dalam agama Hindu, gunung mengintrepetasikan awal kehidupan atau alam raya. Bentuk tumpeng yang mengerucut seperti gunung tersebut (alam raya), titik puncaknya melambangkan penguasa alam semesta yaitu Tuhan. Oleh karena itu, tumpeng melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Disamping itu, tumpeng sendiri tak lepas dari pengaruh suku Jawa saat itu. Gunung bagi suku Jawa merupakan salah satu hal yang sakral, sebab melambangkan langit dan surga. Sehingga, tumpeng yang berbentuk seperti gunung tersebut melambangkan sifat manusia dan alam yang berasal dari Tuhan dan akan kempali lagi ke Tuhan. Oleh sebab itu, perayaan hari adat maupun syukuran pada masyarakat Jawa tak lepas dari tumpeng.

Oleh karena tumpeng merupakan makanan yang memiliki arti sakral, maka terdapat beberapa aturan saat pembuatan tumpeng. Salah satu aturannya yaitu pemilihan lauk pada tumpeng. Pada tumpeng, lauk yang disediakan harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

  1. Unsur dalam tanah, seperti umbi-umbian
  2. Unsur atas tanah, seperti sayur-sayuran
  3. Unsur hewan, seperti ayam 
  4. Unsur laut, seperti ikan
Keempat unsur-unsur tersebut melambangkan sifat-sifat manusia yang dipersembahkan kepada Tuhan. Pada zaman dahulu, keempat unsur tersebut diwakili oleh :

  1. Unsur tanah : Telur. Telur dimasak dengan cara merebusnya utuh dengan kulitnya. Hal tersebut melambangkan bahwa tindakan manusia harus direncanakan, dilakukan sesuai rencana dan hasilnya di evaluasi.
  2. Unsur atas tanah: sayur-sayuran. Sayuran yang umumnya digunakan antara lain: bayam, tauge, kacang panjang dan kangkung. Masing-masing sayuran tersebut memiliki arti berbeda, yaitu bayam berarti tentram, tauge memiliki arti tumbuh, kacang panjang berarti berpikir kedepan, dan kangkung memiliki arti melindungi.
  3. Unsur hewan: ayam. Ayam yang digunakan pada tumbeng umumnya ayam jago yang dimasak ingkung. Hal tersebut memiliki arti menyembah Tuhan dengan khusuk dan hati yang tenang.
  4. Unsur laut: ikan lele. Ikan lele digunakan karena memiliki arti ketabahan dan keuletan. Hal tersebut karena lele dapat hidup pada air yang tidak mengalir.
Di samping itu, warna pada nasi tumpeng memiliki pula arti tersendiri, yaitu warna putih dan kuning, dimana masing-masing warna tersebut memiliki arti, yaitu warna putih memiliki arti kesucian dan melambangkan Dewa matahari. Sementara itu, warna kuning memiliki arti kemakmuran dan rezeki. 

Sehingga bila dilihat dari bentuk, warna dan ragam lauk pada tumpeng, maka tumpeng memiliki makna pengakuan akan kuasa Tuhan yang menguasai alam dan kehidupan manusia dan rasa syukur manusia atas berkah dari Tuhan. 

0 comments:

 

Bee's mind Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang